Kecamatan Gido, yang terletak di Kabupaten Nias, Sumatera Utara, Indonesia, merupakan pusat budaya tradisional suku Nias. Masyarakat di wilayah ini masih memegang teguh adat istiadat yang telah diwariskan secara turun-temurun.

Suku dan Bahasa

Penduduk asli Kecamatan Gido adalah suku Nias, yang dikenal dengan bahasa Nias atau Li Niha. Bahasa ini memiliki keunikan tersendiri, dengan setiap akhiran kata berakhiran huruf vokal dan mengenal enam huruf vokal: a, e, i, u, o, dan ö. Selain bahasa Nias, bahasa Indonesia juga digunakan sebagai bahasa resmi, dan beberapa penduduk menggunakan bahasa Batak Toba, Jawa, atau Minangkabau.

Agama dan Kepercayaan

Mayoritas penduduk Kecamatan Gido menganut agama Kristen, dengan 89,08% beragama Protestan dan 9,99% beragama Katolik. Sebagian kecil, sekitar 0,93%, menganut agama Islam. Rumah ibadah yang terdapat di kecamatan ini meliputi 114 gereja Protestan, 15 gereja Katolik, dan 3 masjid.

Budaya dan Tradisi

Kecamatan Gido kaya akan tradisi dan budaya suku Nias, yang tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat.

  • Tarian Tradisional: Salah satu tarian tradisional yang terkenal adalah Tarian Maena. Tarian ini penuh makna dan nilai-nilai budaya Nias, sering ditampilkan dalam berbagai acara adat dan perayaan.
  • Rumah Adat: Rumah adat Nias, yang dikenal sebagai ‘Omo Hada’, memiliki arsitektur unik dengan atap melengkung dan tiang-tiang besar. Rumah ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal, tetapi juga sebagai pusat kegiatan sosial dan budaya masyarakat.
  • Upacara Adat: Masyarakat Nias masih melaksanakan berbagai upacara adat, seperti upacara pernikahan, kelahiran, dan kematian, yang melibatkan ritual khusus dan simbolisme mendalam.
  • Kerajinan Tangan: Masyarakat Gido juga dikenal dengan kerajinan tangan tradisional, seperti tenun ikat dan ukiran kayu, yang menjadi bagian penting dari identitas budaya mereka.

Pelestarian Budaya

Upaya pelestarian budaya tradisional di Kecamatan Gido dilakukan melalui berbagai kegiatan, seperti festival budaya, pendidikan adat, dan pembangunan infrastruktur yang mendukung pelestarian warisan budaya. Misalnya, di Desa Somi Botogo’o, terdapat upaya untuk melestarikan nilai-nilai budaya Nias melalui berbagai kegiatan komunitas.

Dengan kekayaan budaya dan tradisi yang dimilikinya, Kecamatan Gido menjadi salah satu destinasi penting bagi mereka yang ingin memahami lebih dalam tentang budaya suku Nias dan warisan leluhur yang masih terjaga dalam memegang teguh adat istiadat nya hingga saat ini.