Awal Hubungan dan Permintaan Pernikahan yang Ditolak Berujung Mutilasi 

Kasus mutilasi yang terjadi di Kabupaten Serang, Banten, menghebohkan publik setelah diketahui bahwa pelakunya adalah kekasih korban sendiri. Mulyana (23), seorang pemuda asal Kampung Ciberuk, tega membunuh dan mutilasi kekasihnya, Siti Amelia (19), karena tak ingin bertanggung jawab atas kehamilan korban. Hubungan keduanya diduga sudah berjalan cukup lama hingga akhirnya Siti mengandung anak dari Mulyana.

Pada Minggu, 13 April 2025, Mulyana menjemput Siti dari rumah kakeknya di Ciomas dengan dalih mengajak makan bakso. Di tengah perjalanan, Siti mengungkapkan bahwa ia sedang hamil dan mendesak Mulyana untuk menikahinya. Alih-alih menerima tanggung jawab, Mulyana justru emosi dan merasa tertekan.

Pembunuhan Keji di Kebun Karet

Berdalih ingin membicarakan persoalan kehamilan itu lebih lanjut, Mulyana membawa Siti ke sebuah kebun karet yang sepi di Kampung Ciberuk, Desa Gunungsari, Kecamatan Pabuaran. Di tempat itulah, ia menghabisi nyawa Siti dengan cara keji dan memutilasi tubuhnya. Tindakan ini dilakukan untuk menghilangkan jejak dan menyulitkan identifikasi korban.

Penemuan Mayat dan Penangkapan Pelaku

Lima hari kemudian, pada Jumat, 18 April 2025, warga setempat yang tengah berkebun menemukan potongan tubuh manusia dalam kondisi tanpa busana. Bagian tubuh yang di mutilasi ditemukan hanyalah dari dada hingga paha. Warga yang kaget segera melaporkan temuan tersebut ke polisi.

Tak butuh waktu lama, Polresta Serang Kota bergerak cepat dan berhasil menangkap Mulyana pada Sabtu malam, 19 April 2025, di kediamannya. Ia ditangkap dalam kondisi tertunduk dan telah mengakui seluruh perbuatannya.

Motif Pelaku: Tak Siap Menikahi Korban

Kepada polisi, Mulyana mengaku membunuh karena merasa tertekan oleh desakan Siti untuk menikah. Kehamilan di luar nikah dianggapnya sebagai beban besar yang belum sanggup ia tanggung. Motif ini menjadi alasan utama di balik tindakan sadis yang dilakukannya.

Respons Publik dan Keluarga Korban

Kasus ini menyita perhatian masyarakat luas. Publik mengutuk keras tindakan pelaku dan berharap proses hukum berjalan tegas. Keluarga korban pun turut bersuara, menginginkan agar Mulyana dihukum seberat-beratnya atas kejahatan yang telah ia lakukan.

Tragedi ini menjadi pengingat pentingnya edukasi soal tanggung jawab dalam hubungan dan pentingnya pendampingan psikologis bagi anak muda, terutama dalam menghadapi konsekuensi dari hubungan yang dijalani.