
Setelah tidak lagi menjabat sebagai Presiden, Joko Widodo (Jokowi) memiliki berbagai pilihan untuk tetap aktif di dunia politik. Salah satu opsi yang banyak diperbincangkan adalah bergabung dengan Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Kedekatan ideologi dan dukungan PSI terhadap Jokowi membuat partai ini dianggap sebagai wadah politik yang tepat baginya.
Kedekatan Jokowi dengan Partai Solidaritas Indonesia
Sejak 2023, PSI secara terbuka mendukung Jokowi dan sering mengangkat jargon politik yang sejalan dengan visinya. Pengamat politik dari LIPI, Aisah Putri Budiarti, menilai PSI memiliki hubungan paling erat dengan Jokowi dibanding partai lain.
Kendaraan Politik Baru untuk Tetap Berpengaruh?
Direktur Rumah Politik Indonesia, Fernando Emas, menilai bahwa setelah menyelesaikan masa jabatannya, Jokowi membutuhkan wadah politik untuk mempertahankan eksistensinya. Bergabung dengan partai yang tengah berkembang bisa menjadi langkah strategis agar tetap memiliki pengaruh di panggung politik nasional.
Keuntungan bagi Kedua Pihak
Keterkaitan dengan Jokowi dapat meningkatkan elektabilitas PSI. Basis pemilih Jokowi yang kuat menjadi modal besar untuk Pemilu 2029. Menurut Direktur Eks Trias Politika, Agung Baskoro, kehadiran Jokowi bisa memberi PSI legitimasi politik lebih luas.
Jokowi juga mendapat keuntungan. Ia bisa tetap aktif dalam politik tanpa terikat pada partai lama yang lebih mapan dan birokratis.
Gagasan Partai Super Tbk dan Potensi Transformasi
Jokowi menggaungkan konsep Partai Super Tbk, partai yang lebih terbuka dan berbasis individu. Gagasan ini sejalan dengan visi partai yang ingin tampil lebih modern dan inklusif.
Jika Jokowi benar-benar bergabung, partai ini berpotensi mengalami rebranding dan menarik dukungan lebih luas dari masyarakat.
Kesimpulan: Akankah Jokowi Memilih Partai Baru?
Banyak pihak melihat bahwa PSI bisa menjadi wadah politik yang tepat bagi Jokowi setelah tak lagi menjabat. Dengan pendekatan yang lebih fleksibel, ia bisa tetap berpengaruh tanpa harus bergabung dengan partai besar yang lebih tradisional.
Jika keputusan ini benar-benar diambil, partai tersebut berpotensi mengalami lonjakan elektoral dan semakin mengukuhkan posisinya dalam perpolitikan Indonesia.