Penurunan Pendapatan UMKM di Tengah Lesunya Ekonomi

Pendapatan para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di berbagai daerah dilaporkan mengalami penurunan signifikan dalam beberapa bulan terakhir. Penurunan ini dikaitkan dengan turunnya daya beli masyarakat yang disebabkan oleh tingginya harga kebutuhan pokok, inflasi, serta ketidakpastian ekonomi pasca-pandemi. Banyak pelaku UMKM mengeluhkan omzet mereka turun hingga lebih dari 50 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Seorang pelaku UMKM di Jakarta, Dwi Lestari, menyebutkan bahwa sejak awal tahun 2025, pendapatannya dari usaha makanan rumahan menurun drastis. “Biasanya dalam seminggu saya bisa menjual 100–150 porsi. Sekarang, kadang hanya laku 40–60 porsi. Orang-orang mulai berhemat dan memilih masak sendiri,” ujarnya.

Penyebab Utama: Inflasi dan Biaya Hidup yang Meningkat

Daya beli masyarakat yang melemah bukan tanpa sebab. Harga kebutuhan pokok seperti beras, minyak goreng, dan bahan bakar naik secara signifikan dalam beberapa bulan terakhir. Hal ini membuat masyarakat lebih selektif dalam membelanjakan uangnya. Kebutuhan sekunder seperti kuliner, fashion lokal, hingga produk kerajinan tangan yang selama ini menjadi andalan menjadi kurang diminati.

Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi pada kuartal pertama 2025 mencapai 4,1 persen secara tahunan, angka yang cukup tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Kondisi ini membuat konsumen menahan belanja dan lebih fokus pada pengeluaran primer, sehingga pelaku UMKM merasakan dampaknya secara langsung.

Pemerintah Diminta Turun Tangan

Pelaku UMKM berharap pemerintah segera mengambil langkah konkret untuk membantu mereka keluar dari krisis. Beberapa usulan yang disampaikan antara lain pemberian subsidi bahan baku, pelatihan digital marketing, hingga perluasan akses pembiayaan berbunga rendah.

“Kami butuh solusi nyata, bukan hanya seminar dan pelatihan yang berulang-ulang. Subsidi bahan baku dan kemudahan akses promosi digital jauh lebih membantu kami saat ini,” kata Eko Prasetyo, pemilik usaha sablon kaos di Yogyakarta.

Peran Digitalisasi dalam Menyelamatkan Pendapatan UMKM

Di tengah tantangan tersebut, digitalisasi masih menjadi harapan bagi banyak pelaku UMKM. Platform e-commerce dan media sosial dinilai bisa menjadi jalan keluar agar produk UMKM tetap menjangkau konsumen secara lebih luas. Namun, tidak semua pelaku usaha memiliki kemampuan dan akses untuk memanfaatkan teknologi secara optimal.

Beberapa komunitas sudah mulai menggelar pelatihan daring dan pendampingan untuk membantu pelaku usaha beradaptasi dengan dunia digital. Meski belum merata, langkah ini diharapkan dapat memperluas pasar dan menekan dampak dari penurunan daya beli masyarakat.

Harapan Pemulihan dalam Waktu Dekat

Meski situasi saat ini masih sulit, para pelaku UMKM tetap berharap kondisi ekonomi akan segera membaik. Diperlukan sinergi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat untuk memastikan UMKM tetap bertahan dan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Jika tidak segera ditangani, gelombang kebangkrutan UMKM dikhawatirkan akan semakin besar dan berdampak pada meningkatnya angka pengangguran di Indonesia.