Indonesia dikenal sebagai salah satu produsen udang terbesar di dunia. Potensi sektor ini sangat besar karena negara ini memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia, iklim tropis yang mendukung, serta sumber daya alam yang melimpah. Namun, di balik kebanggaan sebagai raksasa akuakultur global, industri udang nasional masih menghadapi sejumlah tantangan serius yang menghambat produktivitas dan keberlanjutan jangka panjang.

Tambak Tradisional Masih Mendominasi

Lebih dari 82 persen tambak udang di Indonesia masih menggunakan sistem budidaya ekstensif tradisional. Sistem ini bergantung pada lahan luas dan proses alami, namun menghasilkan produktivitas yang rendah. Dibandingkan dengan sistem intensif modern yang bisa menghasilkan panen lebih besar di lahan terbatas, sistem ekstensif ini kurang efisien. Ketidakefisienan ini membuat daya saing udang Indonesia di pasar global menjadi rendah, terutama ketika berhadapan dengan negara-negara seperti Vietnam, India, dan Ekuador yang lebih dahulu beralih ke sistem intensif dan berkelanjutan.

Tantangan Teknologi dan Pelatihan

Sebagian besar petambak di Indonesia adalah petambak kecil yang masih kesulitan mengakses teknologi modern, pelatihan, dan praktik budidaya terbaik. Minimnya transfer pengetahuan dan keterampilan ini mengakibatkan ketergantungan pada metode lama yang tidak ramah lingkungan. Selain itu, kurangnya akses pembiayaan dan fasilitas riset memperburuk situasi, karena para petambak tidak memiliki dukungan untuk berinovasi atau memperbaiki kualitas produksi mereka.

Dampak Lingkungan yang Mengkhawatirkan

Salah satu dampak terbesar dari sistem budidaya tradisional adalah kerusakan lingkungan. Pembabatan hutan mangrove secara besar-besaran untuk membuka tambak menjadi salah satu penyebab utama degradasi ekosistem pesisir. Selain itu, sistem pengelolaan limbah yang buruk menyebabkan pencemaran air dan menurunnya kualitas lingkungan perairan. Ini tidak hanya berdampak pada kesehatan ekosistem lokal, tetapi juga mengancam keberlangsungan usaha budidaya udang itu sendiri.

Langkah Strategis yang Diperlukan

Pemerintah dan pelaku industri kini dituntut untuk melakukan transformasi struktural. Modernisasi tambak udang dengan penerapan sistem intensif dan ramah lingkungan harus segera dilakukan. Pelatihan petambak, pemberian insentif bagi pelaku usaha kecil, serta kolaborasi dengan sektor swasta dan lembaga internasional menjadi langkah kunci. Di samping itu, perbaikan regulasi terkait tata ruang pesisir dan pelestarian mangrove juga perlu diperkuat untuk menjamin keberlanjutan produksi.

Kesimpulan

Menjadi produsen udang terbesar di dunia bukanlah capaian yang cukup jika tidak dibarengi dengan keberlanjutan dan tanggung jawab lingkungan. Indonesia memiliki semua syarat untuk memimpin industri udang global secara berkelanjutan, namun hal ini hanya bisa terwujud jika tantangan-tantangan seperti teknologi, pelatihan, dan dampak lingkungan bisa diatasi dengan pendekatan yang terpadu dan berkelanjutan.